Bagaimana Mendidik Putra-Putri Kita Di Bulan Ramadhan
a. Anak Sebagai Amanah Dan Fitnah
Dalam al-qur'an Allah Swt berfirman:
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Terdapat dua ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan harta dan anak sebagai fitnah, yaitu Al-Anfal ayat 28 dan surah At-Taghabun ayat 15.
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.
Perbedaannya: pada surah Al-Anfal, Allah menggunakan redaksi pemberitahuan “ketahuilah”, sedangkan pada surah At-Taghabun menggunakan redaksi penegasan “sesungguhnya”.
Namun ungkapan yang mengakhiri kedua ayat tersebut sama, yaitu “di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Sehingga bisa dipahami bahwa fitnah harta dan anak bisa menjerumuskan ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah swt.
Dan makna yang kedua itulah yang dikehendaki oleh Allah, sehingga Allah mengingatkannya di akhir ayat yang berbicara tentang fitnah anak dan harta “dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.
Fitnah anak dalam arti bisa mengganggu dan menghentikan aktivitas seseorang, dan ini juga pernah dialami oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Buraidah bahwa ketika Rasulullah Saw, sedang menyampaikan khutbahnya kepada kami, tiba-tiba lewatlah kedua cucunya Hasan dan Husein dengan mengenakan baju merah sambil berlari dan saling kejar mengejar. Begitu melihat kedua cucunya, Rasulullah kontan turun dari mimbar dan mengangkat keduanya seraya mengatakan,
”Maha Benar Allah dengan firman-Nya, ”Sesungguhnya harta dan anak-anak kamu adalah fitnah”. Aku tidak sabar melihat keduanya sampai aku menghentikan ceramahku dan mengangkat keduanya”.
Dalam konteks ini, Ibnu Mas’ud mengajarkan satu doa yang tepat tentang harta dan anak. Beliau mengungkapkan,
”Janganlah kalian berdoa, dengan doa ini, ”Ya Allah, lindungilah kami dari fitnah”.
Karena setiap kalian ketika pulang ke rumah akan mendapati harta, anak dan keluarganya bisa mengandungi fitnah, tetapi katakanlah,
”ya Allah aku berlindung kepada engkau dari fitnah yang menyesatkan”.
Demikian keseimbangan yang diajarkan oleh Allah swt dalam menyikapi fitnah harta dan anak yang menduduki posisi tertinggi dari titik lemah manusia. Harta dan anak memiliki potensi yang sama dalam menghantarkan kepada kebaikan atau menjerumuskan seseorang kepada dosa dan kemaksiatan.
Sudah sepantasnya peringatan Allah dalam konteks fitnah anak senantiasa sering kita ingat karena hanya peringatan Allah yang mencerminkan kasih sayang-Nya yang layak untuk diingat,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim:6).
b. Mendidik Janin Dalam Kandungan
Anak adalah buah hati, belahan jiwa, perhiasan dunia dan kebanggaan orang tua yang merupakan anugerah, karunia dan nikmat Allah SWT terbesar yang harus dijaga. Maka, kewajiban kedua orang tuanya untuk membimbing dan mendidiknya sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Dan metode pendidikan terbaik adalah pendidikan yang dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan.
Tips mendidik bayi saat dalam kandungan:
1. Hendaknya si ibu memperbanyak bacaan al-Quran, terutama surah Yusuf, Mariam, Luqman, dan at-Taubah.
2. Hendaknya si ibu berdoa kepada Allah SWT agar anak yang bakal dilahirkan menjadi anak yang soleh, berilmu, beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
3. Hendaknya rezeki yang didapatkan berasal dari sumber yang halal supaya benih yang bakal dilahirkan itu berasal dari darah daging yang halal.
4. Hendaknya si ibu makan makanan yang bergizi dan sentiasa menjaga kesehatan badannya.
5. Hendaknya si ibu menjaga kebersihan untuk menjamin kesehatan bayi dalam kandungan.
6. Hendaknya si ibu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada pada dirinya saat hamil.
7. Hendaknya si suami lebih memahami keadaan isteri serta memberikan motifasi kepada istrinya.
c. Mendidik Bayi Yang Baru Lahir
Pendidikan merupakan wahana yang paling penting bagi setiap manusia. Tanpa pendidikan bayi yang baru dilahirkan tidak akan mampu hidup. Karenanya ini dibutuhkan seseorang untuk merawatnya.
Sebagaimana sabda Nabi:
“... setiap anak itu dilahirkan seumpama kain putih. Ibu bapalah yang bertanggungjawab mencorakkannya”
Dalam hadits lain:
"berikan kepada saya 10 orang bayi yang sihat... dan saya akan jadikan mereka Peguam, Doktor, Pencuri atau Peminta Sedekah".
Perkembangan dari bayi hingga kanak-kanak merupakan proses waktu yang sangat panjang dan membutuhkan kesabaran. dan mekanisme yang bertindak sewaktu perkembangan fizikal dan mental seorang bayi menjadi orang dewasa. Perkembangan merujuk kepada perubahan fizikal, mental dan sosial yang dapat dijangkakan dalam kehidupan bayi. Perkembangan adalah faktor penting dalam kehidupan bayi. Proses ini tidak selalunya terus-menerus berkembang tetapi adakalanya maju ke hadapan dan ada kalanya pula menyusut.
Namun, langkah-langkah perkembangan yang digariskan oleh Rasulullah s.a.w ada empat tahap, yaitu:
1. Anak yang baru lahir sehingga mumayyiz ( antara 6 tahun). Hendaklah kita banyak bergurau dan membelai mereka dengan penuh kasih sayang.
2. Anak berumur 7 tahun sehingga baligh ( antara 14 tahun). Hendaklah kita mendidik mereka dengan arahan, displin dan beri tanggungjawab.
3. Anak berusia 15 tahun hingga dewasa (~21 tahun). Hendaklah dididik dengan cara berkawan, bertukar pendapat dan hormati pendapat mereka selagi tidak bertentangan dengan syariat.
4. Anak berusia lebih daripada 21 tahun. Hendaklah para ibu bapa memberi mereka kebebasan bertindak selagi tidak bertentangan dengan syariat. Ibu bapa hanya perlu bertindak sebagai penasihat agar segala tindakan mereka terkawal.
Inilah tahap-tahan perkembangan bayi menurut Rasulullah Saw.
e. Pentingnya Penanaman Jiwa Agama Semenjak Usia Dini
Banyak sekali nilai plus dari puasa termasuk untuk anak-anak. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Berpuasalah, niscaya kamu sehat." Dari sisi kesehatan, ibadah puasa memberikan istirahat pada organ-organ pencernaan tubuh, termasuk sistim enzim dan hormonal, yang kemudian akan bekerja kembali dengan lebih sempurna.
Selain itu anak-anak yang mencoba untuk ikut berpuasa, sesungguhnya sedang dilatih untuk berdisiplin. Berdisiplin untuk bangun sahur pada malam hari, makan tepat waktu berbuka dan menahan nafsu. Termasuk sebagai latihan untuk taat pada perintah agama.
Latihan ini bukan hanya pada menahan lapar saja, tetapi lebih penting pada esensi berpuasa itu sendiri. Karenanya, bila memang belum waktunya anak puasa penuh, biarlah mereka berbuka di tengah hari. Bukankah segala sesuatunya berlangsung bertahap? Termasuk dalam mendidik si kecil dalam hal puasa.
Pembiasaan puasa juga bisa mendidik anak-anak untuk jujur, misalnya mereka tetap berpuasa sekalipun teman-temannya di sekolah tidak. Kalaupun karena tidak kuat menahan lapar atau godaan teman ia terpaksa berbuka di luar rumah, anak juga bisa diajar untuk berterus-terang, bukan berbohong dan malu mengakui kesalahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar