Rabu, 25 Agustus 2010

Tingkatan Orang Berpuasa

Tingkatan Orang Berpuasa

a.     Derajat Orang-Orang Yang Berpuasa
Perlu diketahui bahawa puasa itu sendiri mempunyai tingkatan dan darjah yang berbeza antara satu sama lain. Dengan itu kita dapati sebagian mereka yang berpuasa sama seperti mereka yang tidak berpuasa, cuma kebanyakan orang yang menjalani hanya peroleh lapar dan dahaga, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud :
" Berapa ramai orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga." ( Riwayat an-Nasai' dan Ibn-Majah)

Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS Al Baqoroh:183).

b.     Macam-macam tingkatan orang berpuasa
Seseorang yang paham betul tentang makna dan manfaat puasa, ia tidak akan menyia-nyiakan datangnya Ramadan. Tidak hanya puasa, melainkan meningkatkan amaliah lainnya dan suka membantu terhadap sesama.
Tidak hanya itu, seorang yang paham betul tentang hikmah puasa, merasa kehilangan jika ditinggal bulan Ramadan. Dan selalu merindukan datangnya bulan suci Ramadan. Ramadan telah menjadi kebutuhan, karena di bulan itu, merupakan media pembelajaran untuk membenahi diri.
Tetapi, faktanya banyak yang berpuasa namun sikapnya masih merugikan orang lain. Hal itu wajar karena tingkatan orang berpuasa berbeda-beda. Dalam pandangan Imam Ghozali telah dikatakan bahwa puasa itu dibagi menjadi tiga kelompok.
1.      Puasanya orang awam, yakni puasa kebanyakan orang islam yang sekadar mampu menahan lapar dan dahaga. Puasanya orang umum, yakni menahan lapar dan dahaga namun diselingi ibadah lainnya.
2.      Puasanya orang istimewa (khusus) yakni puasa yang dapat menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa dan perbuatan keji dan hina di samping memelihara mata, telinga, lidah, tangan dan kaki daripada melakukan dosa.
3.      Puasa paling istemewa ( puasa khususil khusus ) yaitu tingkatan puasa yang merangkumi dua perkara yang telah disebut di atas dan disempurnakan pula dengan puasa hati dari semua keinginan lahir dan batin. Inilah puasa yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah s.w.t dan merupakan puasa para rasul, nabi dan wali Allah.
Inilah martabat para Nabi dan para Shiddiqin. Golonan ini adalah orang yang bisa memelihara rupa dari selain Allah Swt. Karena mereka menganggap puasanya menjadi batal dengan memikirkan selain Allah dan hari akhir dan dengan memikirkan dunia yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan di akhirat.
Berkata ahli tasawwuf:
“Barangsiapa yang bergerak di siang hari untuk mengurusi dan mengatur makanan berbuka, dituliskan kesalahan baginya, karena yang demikian itu tanda kurang kepercayaannya kepada Allah dan kurang keyakinan kepada rizki yang telah dijanjikan-Nya.”

c.     Puasa dan Taqwa
Puasa bagi umat Islam, apapun tingkat ke-Islamannya, saat ini sudah menjadi sesuatu yang dipandang mulia dan harus dijalankan. Tidak terdengar lagi orang yang berani mengatakan bahwa berpuasa adalah perbuatan sia-sia, menyiksa diri dan atau menjalankan sesuatu yang tidak ada gunanya. Bulan puasa dihormati oleh siapa saja.
Bahkan orang yang tidak menjalankan puasa pun ikut menghormati orang yang sedang berpuasa. Memang, puasa menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam, tetapi 10 atau bahkan 20 tahun yang lalu, khususnya di beberapa wilayah Indonesia, jenis ibadah ini belum dianggap menjadi keharusan untuk dijalankan oleh masyarakat yang beragama Islam sekalipun.
Seruan menjalankan ibadah puasa tidak ditujukan kepada semua orang, melainkan hanya diberikan kepada orang yang telah beriman. Hal itu mudah dipahami, sebab tidak mungkin puasa dijalankan oleh orang yang tidak beriman. Orang beriman artinya orang yang percaya dan bisa dipercaya.
Orang yang memiliki citra seperti itu, antara apa yang diucapkan dengan yang dilakukan adalah sama. Orang yang tidak percaya dan tidak bisa dipercaya, bisa saja mengatakan sedang berpuasa, padahal sesungguhnya tatkala sedang tidak diketahui orang lain, dia tidak berpuasa.
Selama menjalankan puasa seseorang tidak saja dilatih menghindar dari makan, minum dan melakukan hal lain yang membatalkan puasa, tetapi juga harus mengkonsumsi makanan yang halal, baik dan berbarokah.
Tidak selayaknya orang yang berpuasa mengkonsumsi makanan haram dan atau tidak jelas asal-usulnya. Keharaman barang yang dikonsumsi bukan saja terkait dengan zatnya, melainkan juga terkait dengan cara mendapatkannya. Suatu barang jika dilihat dari segi jenis dan zatnya halal, bisa jatuh menjadi haram dikonsumsi manakala barang tersebut diperoleh dengan jalan yang tidak dibolehkan, misalnya dari mencuri, hasil kurupsi, merampas, dan lain sebagainya.
Ketika berpuasa, selain hanya diijinkan makan minum dan lain-lain pada waktu tertentu juga harus memilih makanan, minuman yang halal. Pembatasan tidak saja menyangkut jenis konsumsi melainkan juga waktu mengkonsumsi. Oleh karena itulah maka, orang juga menyebut bahwa puasa sebagai pendidikan, pengajaran dan bahkan pelatihan.
Sehingga, dengan puasa seseorang dari segi jasmaninya akan menjadi lebih sehat, karena secara jasmani juga mendapatkan pelatihan secara disiplin dan teratur. Jika tidak dalam keadaan puasa seseorang mengkonsumsi apa saja, kapan dan dimana saja, maka pada saat berpuasa semua kebiasaan itu dibatasi dan dilakukan dengan penuh kedisipilinan. Hal seperti itulah maka jasmani orang-orang yang berpuasa menjadi lebih sehat.
Puasa yang dimaksudkan untuk meraih derajad taqwa, sebagaimana dikemukakan dalam uraian di muka, maka tidak cukup yang bersangkutan sebatas meninggalkan makan dan minum semata, melainkan seharusnya melakukan berbagai pendidikan dan pelatihan agar menjadi lebih baik hidupnya, baik dari aspek kehidupan batinnya atau qolb-nya, aspek pikirannya dan bahkan juga jasmaninya atau jasadnya. Oleh karena itulah maka tujuan puasa adalah agar meraih ketaqwaan “la’allakum tattakuun”.
Dengan pemahaman seperti ini, maka puasa memang dijalankan sebagai upaya untuk memperbaiki perilaku, watak, karakter manusia secara menyeluruh, yang dalam bahasa Islam disebut sebagai upaya memperoleh derajad taqwa itu.

xxxxxx



Tidak ada komentar:

Posting Komentar