Sabtu, 08 Desember 2012


HIBAH, SEDEKAH DAN HADIAH
DALAM PERSPEKTIF FIKIH

Misbah Khusurur[1]
  1. PENDAHULUAN
Imam Sya>fi\‘i membagi ‘at}iyyah[2] menjadi beberapa bagian. Menurutnya, pemberian harta benda secara suka rela atau pemberian tanpa ganti rugi dari seseorang kepada orang lain itu dibagi dua. Pertama, pemberian yang ditangguhkan sampai meninggalnya sang pemberi; Kedua, pemberian yang terlaksana sewaktu pemberi masih hidup, yang terdiri dari: (1) Pemberian hak milik secara murni, meliputi hibah, hadiah dan sedekah (s}ada>qat at-tat}awwu‘); (2) Wakaf[3], yakni pemberian harta benda di jalan Allah. Kepemilikan harta diberikan kepada Allah dan manfaatnya diberikan untuk umum.[4]
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang hibah, hadiah dan sedekah. Ketertarikan ini bermula dari pengalaman penulis ketika berinteraksi dengan masyarakat, kebanyakan dari mereka sering memakai istilah  hibah, hadiah dan sedekah tanpa mengerti persamaan dan perbedaan dari ketiga istilah tersebut. Padahal kalau diteliti, dilihat dari segi istilah, terdapat perbedaan di antara ketiganya yang penting untuk dimengerti agar tidak terjadi kerancuan dalam pemakaian istilah.  Oleh karena itulah, penulis tergerak untuk mengupasnya dengan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
1.      Apakah persamaan dan perbedaan hibah, sedekah, dan hadiah dalam perspektif fikih?
2.      Apakah hukum hibah, sedekah, dan hadiah serta dasar hukumnya masing-masing?

  1. PEMBAHASAN
  1. Pengertian Hibah, Hadiah dan Sedekah
Dalam hal ini, penulis akan memaparkan pengertian hibah, hadiah, dan sedekah dalam perspektif fikih.
a.    Pengertian Hibah
Dilihat dari segi bahasa, kata hibah diambil dari bahasa Arab Hubu>b ar-Ri>h} yang berarti berlalunya angin, karena hibah berlalu dari  satu tangan ke tangan yang lain. Bisa juga diambil dari mas}dar kata habba yang berarti bangun tidur, karena pelaku hibah telah tergugah untuk melakukan kebaikan.[5]
Menurut istilah fikih, fuqaha>  mendefinisikan hibah sebagai berikut:
1)      An-Nawawi dan Muhammad Qal‘aji
اَلْهِبَّةُ هِيَ التَّمْلِيْكُ بِلاَ عِوَضٍ
"Hibah adalah penyerahan hak milik tanpa imbalan.”[6]
2)      Ad-Dimya>t}i
اَلْهِبَّةُ هُوَ تَمْلِيْكُ تَطَوُّعٍ فِي حَيَاةٍ، لَالِإِكْرَامٍ، وَلَالِأَجْـلِ ثَـوَابٍ أَوِ احْتِيَاجٍ
"Hibah adalah penyerahan hak milik secara suka rela semasa hidup, bukan dalam rangka untuk memuliakan, bukan untuk tujuan mendapat pahala, dan bukan pula untuk suatu kebutuhan.”[7]

Kalau dicermati, ketiga definisi di atas mempunyai pengertian yang sama. Setiap akad yang di dalamnya terkandung penyerahan hak milik seseorang kepada orang lain semasa hidupnya tanpa imbalan (ganti rugi) itu disebut Hibah.
b.    Pengertian Hadiah
Menurut istilah fikih, hadiah didefinisikan sebagai berikut:
1.      Zakariyya> Al-Ans}a>ri
( اَلْهَدِيَّةُ وَهِيَ ) تَمْلِيْكُ ( مَا يُحْمَلُ ) أَيْ يُبْعَثُ ( غَالِبًا ) بِلاَ عِوَضٍ إِلَى الْمُهْدَى إِلَيْهِ ( إكراما )
Hibah adalah penyerahan hak milik harta benda  tanpa ganti rugi yang umumnya dikirimkan kepada penerima untuk memuliakannya.”[8]

2.      Sayyid Sa>biq
اَلْهَدِيَّةُ كَالْهِبَّةِ حُكْمًا وَمَعْنًى
Hadiah itu seperti hibah dalam segi hukum dan maknanya.”[9]\\

Dalam pengertian ini, Sayyid Sa>biq tidak membedakan antara hadiah dengan hibah dalam segi hukum dan segi makna. Hibah dan hadiah adalah dua istilah dengan satu hukum dan satu makna. Sehingga ketentuan yang berlaku bagi hibah berlaku juga bagi hadiah.

3.      Muhammad Qal‘aji
اَلْهَدِيَّةُ هِىَ إِعْطَاءُ شَيْئٍ بِغَيْرِ عِوَضٍ صِلَةَ وَتَقَرُّبًا وَإِكْرَامًا
Hadiah adalah pemberian sesuatu tanpa imbalan untuk menyambung tali silaturrah}im, mendekatkan hubungan, dan memuliakan.”[10]

Dalam pengertian ini, Muhammad Qal‘aji menegaskan bahwa dalam hadiah tidak murni memberikan tanpa imbalan, namun ada tujuan tertentu yakni adakalanya untuk menyambung tali silaturrah}im, mendekatkan hubungan, dan memuliakan.
Kalau dipahami, ada titik temu antara ketiga definisi di atas, yakni hadiah adalah pemberian tanpa imbalan, sama seperti hibah. Sayyid Sa>biq menganggap hibah dan hadiah adalah sama persis, sedangkan Zakariyya> Al-Ans}a>ri dan Muhammad Qal‘aji membedakannya. Hibah murni pemberian tanpa imbalan, sedangkan hadiah bertujuan untuk memuliakan. Mayoritas fuqaha> cenderung membedakan antara hibah dan hadiah.

c.    Pengertian sedekah
Kata sedekah di adopsi dari bahasa Arab s}adaqah yang dalam perspektif fikih didefinisikan sebagai berikut:
1.      An-Nawawi
اَلصَّدَقَةُ هِيَ التَّمْلِيْكُ بِلاَ عِوَضٍ لِلْمُحْتَاجِ تَقَرُّباً إِلَى اللهِ تَعَالَى وَطَلَباً لِثَوَابِ الْآخِرَةِ
S}adaqah adalah pemberian hak milik pada orang yang membutuhkan tanpa imbalan untuk mendekatkan diri pada Allah swt. dan mencari pahala akhirat.”[11]

2.      Zakariyya Al-Ans}a>ri
(الصَّدَقَةُ وَهِيَ) تَمْلِيكُ (مَا يُعْطَى) بِلَا عِوَضٍ (لِلْفَقِيرِ) عِبَارَةُ الْأَصْلِ لِلْمُحْتَاجِ (لِثَوَابِ الْآخِرَةِ)
S}adaqah adalah penyerahan hak milik suatu benda yang diberikan tanpa imbalan kepada orang yang membutuhkan  untuk memperoleh pahala akhirat.”[12]
3.      Sa‘di Abu Habib
اَلصَّدَقَةُ  هِيَ مَا يُعْطَى عَنْ وَجْهِ الْقُرْبَى للهِ تَعَالَى
S}adaqah adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.”[13]

Dari ketiga definisi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa setiap pemberian harta benda tanpa imbalan (ganti rugi) yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri atau memperoleh pahala dari Allah swt. itu disebut sedekah.
Dari pengertian hibah, hadiah, dan sedekah tersebut, dapat disimpulkan bahwa hibah dalam arti umum mencakup hadiah dan sedekah. Sehingga sedekah dan hadiah dapat disebut dengan hibah. Namun hibah tidak bisa disebut hadiah atau sedekah. Perbedaannya hanyalah kalau hibah berupa pemberian hak milik tanpa imbalan dan tanpa tujuan tertentu, sedangkan hadiah diberikan dengan tujuan untuk memuliakan, dan sedekah diberikan untuk mendapat pahala dari Allah swt.

  1. Hukum dan Dasar Hukum Hibah, Hadiah, dan Sedekah
a.    Hukum Hibah, Hadiah, dan Sedekah
Hukum dari hibah, sedekah, dan hadiah adalah sunah. Namun yang paling utama dari ketiganya adalah sedekah, karena pada umumnya sedekah diberikan kepada orang yang membutuhkan. Lebih utama lagi apabila bersedekah kepada tetangga dan kerabat.[14]
Hukum sunah tersebut berimplikasi apabila hibah, hadiah dan sedekah dilakukan akan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa.
b.    Dasar Hukum Hibah, Hadiah, dan Sedekah
1)   Al-Qur‘an
وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ
“...Memberikan harta yang dicintainya…” (Q.S. al-Baqarah : 177).
 
Ayat di atas menganjurkan agar seseorang mau bersedekah ketika orang tersebut masih menyukai harta, artinya orang tersebut masih dalam keadaan sehat. Ayat ini menunjukkan sedekah di waktu sehat lebih utama daripada sedekah menjelang kematian. Penyebabnya antara lain: a) Orang yang sehat masih membutuhkan harta benda sedangkan orang yang hampir meninggal sudah tidak membutuhkannya; b) Memberikan di waktu sehat menunjukkan keyakinan si pemberi terhadap janji dan ancaman Allah swt; c) Memberi di waktu sehat lebih berat sehingga pahalanya lebih besar; d) Orang sehat memberi karena taat dan ingin mendekatkan diri kepada Allah swt.; e) Hal itu dikuatkan dengan firman Allah swt. dalam su>rah A<li ‘Imra>n yang artinya:  “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”, dan firman Allah swt. dalam su>rah al-Insa>n ayat 80 yang artinya: “ dan mereka memberikan makanan yang disukainya …”.[15]

فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْئًا مَرِيْئًا
“...Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. ” (Q.S. An-Nisa> : 4).


Ayat di atas menganjurkan agar menerima hibah dari seseorang yang memberi dengan senang hati. Dari ayat ini bisa dipahami apabila si pemberi (mu>hib) memberi dengan tidak senang hati maka pemberiannya jangan diterima.

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 271).

Ayat di atas menjelaskan bahwa sedekah boleh dilakukan dengan terang-terangan dan boleh dilakukan sembunyi-sembunyi, namun sedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih baik.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” (Al-Ma>idah: 2).

\Ayat di atas memerintahkan agar tolong-menolong dalam mengerjakan kebajikan dan takwa. Hibah, sedekah dan hadiah adalah perbuatan baik, sehingga termasuk yang diperintahkan dalam ayat ini.

2)   Hadis
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَصَافَحُوا يَذْهَبِ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا
“ Rasulullaah saw. Bersabda: “Berjabat tanganlah maka akan hilang rasa dendam dan denki dan saling memberi hadiahlah maka kalian akan menjadi saling mencintai.” (H.R. Ma>lik).

Hadis di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. menganjurkan agar umatnya saling berjabat tangan dan saling memberi hadiah satu sama lain. Tujuannya adalah agar tercipta suasana saling mencintai dan mengasihi.



لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
“ Rasulullaah saw. Bersabda: “Janganlah menghina seorang tetangga (jika ia memberi hadiah) walaupun hanya kuku kambing.” (H.R.  Bukha>ri dan Muslim).

Hadis di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. melarang umatnya untuk meremehkan pemberian orang lain, walaupun pemberian itu tidak bernilai tinggi.

إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ عَنْ مِيْتَةِ السُّوْءِ
“ Sesungguhnya sedekah itu dapat memadamkan murka Tuhan dan menghindarkan diri dari mati su>’ul kha>timah.” (H.R.  Tirmiz\i).

Hadis di atas menjelaskan bahwa salah satu manfaat sedekah adalah dapat mencegah murka Allah swt.  dan dapat menghindarkan diri dari mati dalam keadaan su>’ul kha>timah.

  1. Ketentuan Hibah, Hadiah, dan Sedekah
Yang dimaksud dengan ketentuan di sini mencakup ketentuan lahir yang meliputi dan rukun serta ketentuan batin yang meliputi adab-adab dalam melakukan hibah, sedekah, ataupun hadiah.
Ketentuan lahir dari hibah, sedekah, dan hadiah adalah sebagai berikut:
a.    Syarat Rukun Hibah
Yang dimaksud dengan ketentuan di sini adalah syarat-syarat dan ruku-rukun hibah. Hibah akan terlaksana dengan baik dan mendapat pahala apabila syarat dan rukunnya terpenuhi.
Menurut jumhur ulama rukun hibah ada 4, yaitu:
1)      Wa>hib
Wa>hib adalah pemberi hibah yang menghibahkan barang miliknya. Wa>hib disyaratkan:
a)      Pemilik sempurna
b)      Cakap dalam membelanjakan harta, yakni ba>lig dan berakal.
c)      Memberi dengan sukarela, tanpa paksaan
2)      Mauhub lah
Mauhub lah adalah penerima hibah. Penerima hibah disyaratkan sudah wujud ketika akad hibah dilakukan. Oleh sebab itu, hibah tidak boleh diberikan kepada anak yang masih dalam kandungan.
3)      Mauhub/Hibah
Mauhub adalah barang yang dihibahkan. Syarat mauhub adalah sebagai berikut:
a)      Mauhub adalah milik sempurna wa>hib.
b)       Mauhub sudah ada ketika akad hibah dilakukan.
c)      Mauhub berupa barang yang boleh dimiliki menurut agama.
d)      Mauhub telah dipisahkan dari harta milik penghibah.
4)      S}igat (Ijab Kabul)[16]

b.    Syarat Rukun Hadiah dan Sedekah
Syarat dan rukun hadiah dan sedekah sama dengan hibah, hanya saja dalam hadiah dan sedekah tidak disyaratkan adanya ijab kabul.[17]

Ketentuan batin hibah, hadiah, dan sedekah agar diterima oleh Allah swt. adalah ikhlas, artinya pemberi hibah, hadiah, dan sedekah harus ikhlas bahwa pemberiannya itu semata-mata karena ketaatan dan ketundukkan kepada Allah swt., bukan untuk tujuan sombong atau memamerkan kekayaan. Hibah, hadiah, dan sedekah akan menjadi sia-sia manakala tidak didasari dengan hati yang ikhlas.

  1. Hikmah Hibah, Hadiah, dan Sedekah
Disyari’atkannya hibah, hadiah, dan sedekah tentunya mengandung hikmah yang bisa diperoleh oleh orang yang mengamalkannya.  Hikmah tersebut antara lain:
a.      Menumbuhkan rasa kasih sayang sesama umat manusia
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَصَافَحُوا يَذْهَبِ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا
Rasu>lullaah saw. bersabda: “Berjabat tanganlah maka akan hilang rasa dendam dan dengki dan saling memberi hadiahlah maka kalian akan menjadi saling mencintai.” (H.R. Ma>lik).

b.      Menjadikan harta benda menjadi berlipat
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلصَّدَقَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Rasu>lullaah saw. bersabda: “ٍSedekah itu akan dibalas dengan 10 kali lipat” (H.R. Ibnu Ma>jah).

Hadis ini menjelaskan bahwa ketika seseorang bersedekah, maka hartanya tidak menjadi berkurang, melainkan akan bertambah.

c.      Terjauh dari murka Allah swt.
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ عَنْ مِيْتَةِ السُّوْءِ
“Sesungguhnya sedekah itu dapat memadamkan murka Tuhan dan menghindarkan diri dari mati su>’ul kha>timah.” (H.R.  Tirmiz\i).

d.      Terjauh dari siksa neraka
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشَقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Rasu>lullaah saw. bersabda: “Jagalah diri kalian dari siksa api neraka walau dengan (bersedekah) separuh biji kurma. Jika tidak memilikinya, maka (bersedekahlah) dengan berbicara dengan perkataan yang baik.” (H.R. Bukha>ri).

e.      Terjauh dari berbagai macam bencana
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  اَلصَّدَقَةُ تَسُدُّ سَبْعِيْنَ بَاباً مِنَ السُّوْءِ
Rasu>lullaah saw. bersabda: “Sedekah itu dapat menutup (mencegah) 70 macam keburukan (bencana).” (H.R. At}-Tabara>ni).

Demikian uraian penulis tentang hibah, sedekah, dan hadiah. Namun perlu dimengerti pula bahwa selain tiga (3) istilah tersebut masih ada satu istilah lagi yang terkait dengan sedekah, yaitu infak. Sebagai tambahan, penulis akan menjelaskan tentang pengertian dari infak tersebut.
Menurut bahasa, infak berasal dari bahasa Arab “Infa>q” yang berarti menyerahkan harta benda[18]. Sedangkan menurut istilah, infak adalah memempergunakan harta benda untuk memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan lainnya.[19]
Menurut Imam Ar-Ra>zi, infak dibagi menjadi dua , yaitu infak wajib dan infak sunah. Infak wajib itu meliputi tiga hal, yaitu 1) Infak yang berupa zakat; 2) Infak untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan orang yang wajib diberi nafkah seperti anak dan istri; dan 3) Infak untuk jihad di jalan Allah swt., Sedangkan infak sunah itu berupa sedekah.[20] Hibah dan hadiah juga termasuk dalam infak sunah.
Dari penjelasan tersebut diperoleh pengertian bahwa makna infak lebih luas dari makna hibah, sedekah, dan hadiah. Infak itu bisa berupa zakat, bisa berupa nafkah untuk anak istri, bisa juga berupa hibah, sedekah, dan hadiah. Dalam penggunaannya, kata infak seringkali digunakan dengan makna sedekah untuk kepentingan umum, seperti membangun masjid, membangun madrasah, membangun jalan, dan lain-lain.

  1. PENUTUP
Dari uraian yang telah penulis paparkan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Persamaan dari hibah, hadiah dan sedekah adalah sama-sama berupa pemberian tanpa imbalan, sedangkan perbedaannya adalah kalau hibah berupa pemberian hak milik tanpa imbalan dan tanpa tujuan tertentu, sedangkan hadiah diberikan dengan tujuan untuk memuliakan, dan sedekah diberikan untuk mendapat pahala dari Allah swt. Hibah dalam arti umum mencakup hadiah dan sedekah. Sehingga sedekah dan hadiah dapat disebut dengan hibah. Namun hibah tidak bisa disebut hadiah atau sedekah.
2.      Hukum hibah, hadiah dan sedekah adalah sunah, sehingga orang yang mengerjakannya akan mendapat pahala dari Allah swt. Hukum sunah ini didasarkan pada Q.S. al-Baqarah : 177 dan 271, Q.S. An-Nisa> : 4, dan Hadis Riwayat Bukha>ri, Muslim, Ma>lik, dan Timi>z\i.

Dalam penulisan makalah ini, penulis sengaja menjelaskan hibah, hadiah dan sedekah secara singkat, sehingga sudah barang tentu banyak kekurangan yang perlu ditambahkan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Cilacap, 25 Oktober 2011

Misbah Khusurur, M.S.I
DAFTAR  PUSTAKA

An-Nawawi, Raud}atut} T}a>libi>n Wa‘umdatul Mufti>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws.

Ar-Ra>zi, Tafsi>r ar-Ra>zi, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws.

Ad-Dimya>t}i, I‘a>natut} T}a>libi>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws.

Al-Ans}a>ri, Zakariyya, Asnal Mat}a>lib, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws.

Karim, Helmi, Fiqh Muamalah, 1997, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Habi>b, M. Sad‘di> Abu, Al-Qa>mu>s Al-Fiqhi, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws.

Qal‘aji, Muhammad ,Mu‘jam lugatil fuqa>ha>, , dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws.

Sa>biq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws.



[1] Dosen Fikih Mu’a>malah IAIIG Cilacap.
[2] ‘At}iyyah adalah sesuatu yang diberikan tanpa imbalan.
[3] An-Nawawi, Raud}atut} T}a>libi>n Wa‘umdatul Mufti>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 2, h. 269.
[4] Muhammad Qal‘aji, Mu‘jam lugatil fuqa>ha>, , dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 1, h. 130.

[5] Ad-Dimya>t}i, I‘a>natut} T}a>libi>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 3, h. 168.
[6] An-Nawawi, Raud}atut} T}a>libi>n Wa‘umdatul Mufti>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 2, h. 269.
[7] Ad-Dimya>t}i, I‘a>natut} T}a>libi>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 3, h. 168.
[8] Zakariyya> Al-Ans}a>ri, Asnal Mat}a>lib, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 13, h. 35.
[9] Sayyid Sa>biq, Fiqhus Sunnah, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 2, h. 33.
[10] Muhammad Qal‘aji, Mu‘jam lugatil fuqa>ha>,  dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 1, h. 493.
[11] An-Nawawi, Raud}atut} T}a>libi>n Wa‘umdatul Mufti>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 2, h. 269.
[12] Zakariyya> Al-Ans}a>ri, Asnal Mat}a>lib, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 13, h. 35.
[13] M. Sad‘di> Abu Habi>b, Al-Qa>mu>s Al-Fiqhi, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 1, h. 209.
[14] Ad-Dimya>t}i, I‘a>natut} T}a>libi>n, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 3, h. 172.
[15] Ar-Ra>zi, Tafsi>r ar-Ra>zi, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 3, h. 52.
[16] Helmi Karim, Fiqh Muamalah, 1997, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h. 73.
[17] Zakariyya> Al-Ans}a>ri, Asnal Mat}a>lib, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 13, h. 33.
[18] Sa \‘di \ Abu Habi>b, Al-Qa>mu>s Al-Fiqhi, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 1, h. 357.
[19] Muhammad Qal‘aji, Mu‘jam lugatil fuqaha>,  dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 1, h. 93.
[20] Ar-Ra>zi, Tafsi>r ar-Ra>zi, dalam al-maktabah asy-sya>milah, al-is}da>r as\-s\a>ni 2.08. website: http://www.shamela.ws., juz 1, h. 299.

1 komentar:


  1. LegendaQQ.Net

    Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang

    LEGENDARIS !!!
    Min Depo 20Rb !!!
    Kartu Para Sang LEGENDA !!!
    WinRate Tertinggi !!!


    Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :

    - Domino99
    - BandarQ
    - Poker
    - AduQ
    - Capsa Susun
    - Bandar Poker
    - Sakong Online

    Fasilitas BANK yang di sediakan :

    - BCA
    - Mandiri
    - BNI
    - BRI
    - Danamon

    Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan

    diri anda di Legenda QQ

    Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama

    kami !!!
    Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar"

    nya !!!

    Contact Us :
    + live chat : legendapelangi.com
    + Skype : Legenda QQ
    + BBM : 2AE190C9

    BalasHapus